Seperti bumi yang dihantam komet
Kau biarkan atapmu terbuka.
Tapi bukan terangnya bintang dan bebasnya jiwamu
Cuma kengerian menuju akhir yang terlihat.
Kau bilang ini untuk yang terpenting, yang terlindung,
Nyatanya..kau selalu gagal melakukannya..
Menunda..berhalusinasi..hingga hilang akal..
Yang tersisa hanya kegilaan yang berulang,
Yang tersisa, hanya apologi dan resiko,
Kau ingin menangis dan dipeluk,
Berkesah tanpa prasangka.
“imanmu” terus-menerus menguji dengan pertanyaan
Sejauh mana? Sampai kapan?
Bahkan berhenti juga butuh keberanian.